Belenggu Majnun

•April 11, 2008 • 1 Komentar

Ayo bernyanyi !!!
Pejamkan mata, dan mulai berkelana…

Mari menari !!!
Darwis-darwis menggasing ke surga…

Cepatlah mabuk !!!
Melesat ke langit,
tinggalkan hati,
sang belenggu sejati

Wahai kamu majnun,
Mari sini, hidup dalam sunyi …
Hei orang aneh,
Hadapilah, seluruh dunia tak akan mengerti

Satu Sama

•Januari 14, 2008 • 4 Komentar

Tuhan berbisik padaku tadi malam…

“Berbahagialah!” kataNya.

“Bukankah hati yang telah hancur takkan bisa tersakiti lagi?”
“Karena bagaimana mungkin engkau yang telah merasa dikecewakan olehKu akan bisa dikecewakan lagi oleh manusia?”

“Berbahagialah!”
“Kini engkau bebas…”
“Dunia takkan lagi jadi penahanmu.”

Aku mendengarkan dengan takzim,
tapi tak tahan untuk sekedar bertanya.

“aku telah mencoba memenuhi janjiku padaMu…
Kapan Engkau akan mencoba memenuhi janjiMu padaku?
Akankah kita menebus dosa-dosa kita satu sama lain?”

Tuhan… kesombongan macam apa yang tengah menjangkitiku?

Ingkar

•Desember 28, 2007 • Tinggalkan sebuah Komentar

Aku melihat embun kemarin pagi
Menetes jatuh seperti mimpi-mimpi

Begitu dingin
Tapi kurasakan sesuatu yang murni

Akan kujaga harapan ini
Sampai darah berhenti merayapi nadi

Mengangan, menanti
Datangnya jawaban atas do’a-do’a malam hari

Tuhan, aku hanya menagih janji…

….

•Desember 28, 2007 • Tinggalkan sebuah Komentar

Kegilaan yang melenakan

dan kesedihan yang begitu agung

….

Apakah ini…

Cinta yang terlalu suci?

Jadi Berani

•Desember 28, 2007 • Tinggalkan sebuah Komentar

Mengapa harus mengutuk hujan?
Bukankah tetesannya menggantikan
tetes air mata yang telah mengering?

Satu janji untuk satu janji
Satu pengingkaran untuk satu pengingkaran

Ketika tak mungkin membenci
maka penyangkalan menjadi pilihan

Adakah lagi yang akan kutakutkan?

Inti Cerita

•Oktober 15, 2007 • 1 Komentar

Satu paragraf kecil dalam buku hidupku
yang aku tak tahu akan setebal apa.
Satu kalimat pendek yang terselip
dalam kitab-kitab tentang dunia

Akan tertera sebuah inti cerita…
“Pada malam-malam itu, setidaknya pernah sekali dalam hidupku, aku telah merasakan cinta”

Sepatu

•Agustus 29, 2007 • 3 Komentar

Anak kecil tak bersepatu
Berkeliling bukan cari ilmu

Anak kecil tak bersepatu
Bernyanyi tak tentu, belum mengerti lagu

Anak kecil tak bersepatu
Mengais rezeki, katanya disuruh ibu
Tapi bukan buat baju baru

Melintas jalan, dari mobil ke motor
Didandani kotor, agar iba menggelontor

Berlari melintas tak lihat kanan kiri
Sekedar bermain, tak hirau mobil menghampiri

Anak kecil tak bersepatu
Lem di tangan kanan, recehan penuh di saku
Terlindas mobil, yang melihat hanya terharu

Anak kecil tak bersepatu
Melintas ke langit, nasibnya sendiri pun tak tahu
Esoknya tak ada surat kabar barang satu
Menulis kabar berita tentangmu

Seperti lahirnya, mati pun menguap seperti abu
Hanya ibu menunggu, bertanya hari ini dimana jatahku

Anak kecil tak bersepatu
Ada aku yang mengenangmu
Bertanya pada Tuhan, kapan waktuku…

Tunggu aku di pintu surga
Nanti kita bermain bersama
Itupun … kalau aku sampai kesana

Malam tadi, kukenang kau sayup bertanya,
Kak, benarkah surga itu ada?

Cemburu ?

•Agustus 13, 2007 • 2 Komentar

Setiap hembus angin membawa harummu untukku;
Setiap kicau burung dendangkan namamu untukku;
Setiap mimpi bawa wajahmu untukku;
Setiap pandangan tampakkan bayanganmu padaku;

Aku milikmu, aku milikmu, jauh maupun dekat;
Dukamu adalah milikku, seluruhnya milikku, dimanapun kau tertambat;

Demi sang waktu yang begitu kejam terus berlalu;
Aku bersumpah, telah melihat matamu diantara gugusan bintang malam itu.

Tapi hanya manusia yang dapat mengenal rasa sakit…
Karena memiliki sesuatu yang tidak dia butuhkan,
Sementara membutuhkan sesuatu yang tak dapat dia miliki.

Aaah… sejak dulu Engkau memang pencemburu.
Maka takdir tak pernah mengizinkan untuk mengecap terlalu banyak madu.
Setidaknya, itu satu tentangMu yang aku tahu.

Katakan, Tuhan, itukah alasanMu?

Bingung

•Juli 20, 2007 • Tinggalkan sebuah Komentar

 

Sekali ini saja, tolonglah…

Aku…

TIDAK…

Mau…

Seperti…

Ini…

Apa yang Engkau mau dariku??

 

Membatu

•Juli 14, 2007 • 1 Komentar

Apa kabar bulan malam ini Sayang?

Masihkah ia tersenyum padamu?

 

Lihatlah gemintang yang menemaninya…

Kutitipkan salam rindu untukmu dalam kerlip mereka.

 

Terlontar namamu dalam tiap doa,

Berharap semoga aku bisa bertahan,

Kalau takdir ternyata bukan untuk kita.

 

Dan senyummu,

Akan tetap kunanti dalam lukisan-lukisan malam,

Demi hati yang terlanjur membatu,

Berkeras bahwa semua takkan pernah lagi bisa sama.